Sabtu, 29 Maret 2008

APLIKASI TEORI “Maternal Role Attainment - Becoming A Mother” RAMONA T. MERCER PADA KASUS IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT ANANDA, BEKASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawatan maternitas sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam berbagai tindakan keperawatan seperti uupaya pelayanan antenatal, intranatal, post partum dan perawatan bayi baru lahir. Sebagai perannya sebagai perawat profesional, perawat maternitas perlu mengembangkan ilmu dan kiat keperawatan yang salah satunya adalah harus dapat mengintegrasikan model konseptual khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas.

Salah satu model konseptual keperawatan yang mendasari keperawatan meternitas adalah Maternal Role Attainment-Becoming a Mother yang dikembangkan oleh Ramona T. Mercer. Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Model ini juga menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada bayi dan lingkungannya, digunakan untuk mengidentifikasi tujuan bayi, memberikan bantuan terhadap bayi dengan pendidikan dan dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang tidak mampu untuk melakukan perawatan secara mandiri dan mampu berinteraksi dengan bayi dan lingkungannya.

Konsep teori Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru lahir terutama pada kondisi psikososial dan emosional bayi baru lahir masih sering terabaikan. Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu. Respon perkembangan bayi baru lahir yang berinteraksi dengan perkembangan identitas peran ibu dapat diamati dari pola perilaku bayi.

Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk menyusun dan mengaplikasikan format pengkajian bayi baru lahir dengan pendekatan model konseptual Mercer.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan pengkajian bayi baru lahir berdasarkan model konsepual Mercer
2. Tujuan Khusus
a. Menyusun format pengkajian berdasarkan model konseptual Mercer
b. Melakukan pengkajian pada bayi baru lahir dengan menggunakan format yang telah disusun
c. Mendokumentasikan data yang diperoleh
d. Menganalisis data
e. Merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian
f. Menganalisa penerapan model konseptual yang dikemukakan oleh Mercer yang tertuang dalam pembahasan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asumsi yang Mendasari Model Konseptual
Maternal Role Attainment-Becoming a Mother adalah model konseptual keperawatan yang dikemukakan oleh Ramona T. Mercer. Model ini tercipta setelah Mercer melakukan perbagai riset yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi parental attachment pada ibu post partum dan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ibu tersebut adalah emosional bayi baru lahir. Mercer mengidentifikais bahwa komponen emosional bayi yang mempengaruhi peran ibu tersebut adalah temperamen bayi, kemampuan memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum, responsiveness dan kesehatan umum.

Asumsi Mercer berkaitan dengan pengembangan model maternal role attainment ini di antaranya adalah bayi baru lahir diyakini sebagai parner yang aktif dalam proses pencapaian peran ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peran ibu serta peran pasangan dan bayinya akan mereflesikan kompetensi ibu dalam menjalankan perannya sehingga dapat tumbuh dan berkembang.

Perkembangan identitas peran ibu sangat terpengaruh oleh kondisi psikologis dan perilaku ibu dan bayi. Pada bayi respon perkembangan yang berpengaruh terhadap interaksi dengan perkembagan identitas peran ibu antara lain adanya kontak mata sebagai isyarat komunikasi, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan tingkah lau yang tenang sebagai respon terhadap perawatn ibu, konsistensi tingkah laku interaksi dengan ibu serta respon ibu terhadap bayinya dapat meningkatkan pergerakan bayi.

Dengan demikian kondisi bayi baru lahir sangat berpengaruh terhadap pencapaian dan pengembangan peran ibu sehingga perawat bayi baru lahir adalah komponen penting dalam penerapan model konseptual yang dikemukakan oleh Mercer.

B. Sumber Teori
Model pencapaian peran maternal yang dikemukakan oleh Mercer dengan menggunakan konsep Bronfenbrenner’s (1979) memperlihatkan bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap pencapaian peran ibu. (Gambar 1)

C. Konsep Utama dan Definisi
Mercer menggunakan konsep-konsep utama dalam mengembangkan model konseptualnya. Konsep-konsep tersebut adalah :
Pencapaian peran ibu (maternal role attainment) adalah suatu proses pengembangan dan interaksional dimana setiap saat ketika ibu menyentuh bayinya akan menciptakan kemampuan mengasuh dan merawat termasuk membentuk peran dan menunjukkan kepuasan dan kesenangan menikmati perannya tersebut.
Maternal identity menunjukkan internalisasi diri dari ibu.
Persepsi terhadap kelahiran bayi adalah persepsi setiap wanita dalam menunjukkan persepsi pengalamannya selama melahirkan bayinya.
Self esteem digambarkan sebagai persepsi individu dalam menggambarkan dirinya sendiri
Konsep diri adalah seluruh persepsi individu terhadap kepuasan diri, penerimaan diri, harga diri dan kesesuaian antara diri dan ideal dirinya.
Fleksibilitas dikemukaan untuk menunjukkan bahwa peran tidaklah kaku. Fleksibilitas perilaku pengasuhan anak meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan. Ibu yang lebih tua berpotensi untuk mengalami kekakuan pada bayinya dan untuk menyesuaikan pada setiap situasi.
Childrearing attitude adalah perilaku ibu atau kepercayaan mengenai pengasuhan anak.
Status kesehatan didefinisikan sebagai persepsi orang tua terhadap prioritas kesehatannya, pandangan erhadap kesehatan, kesehatan saat ini, resistensi atau kemungkinan untuk sakit, hal yang dikhawatirkan dalam kesehatan, orientasi sakit dan memutuskan peran sakit.
Kecemasan digambarkan sebagai persepsi individu tentang situasi yang penuh stress seperti adanya bahaya atau ancaman.
Depresi ditunjukkan dengan adanya beberapa gejala tekanan yang ditunjukkan dari perilaku ibu.
Role strain-role conflict (konflik peran) didefinisikan sebagai konflik dan kesulitan yang dirasakan oleh wanita dalam penyesuaiannya terhadap tugas peran ibu.
gratification-satisfaction digambarkan sebagai kepuasan, kenikmatan, umpan balik dan kebanggaan yang diekspresikan oleh wanita dalam berinteraksi dengan bayinya dan dalam memenuhi tugas rutinnya sebagai seorang ibu.
Attachment adalah komponen dari peran orang tua dan identitas yang digambarkan sebagai proses dalam mempertahankan komitmen sikap dan emosi yang telah terbentuk.
Infant temperament dikaitkan dengan apakah bayi sulit mengirimkan untuk membaca isyarat, arahan pada perasaan ketidakmampuan dan keputusasaan dari ibu.
Status kesehatan bayi (infant health status) adalah kesakitan yang disebabkan oleh permisahan ibu dan bayi, mempengaruhi proses kasih sayang (attachment).
Karaktersitik bayi (infant characterize) meliputi temperamen bayi, penampilan dab status kesehatan.
Isyarat-isayarat bayi (infant cues) adalah perilaku bayi yang menunjukkan respon terhadap ibunya.
Keluarga (family) didefinisikan sebagai sistem yang dinamis yang terdiri atas subsistem-individu (ibu, ayah, janin/bayi) dan dyad (ibu-ayah, ibu-janin/bayi, ayah-janin/bayi) yang bersama dalam satu sistem.
Fungsi keluarga (family functioning) adalah pandangan individu terhadap aktivitas dan hubungan antara kelurga dan sub sistem serta unit sosial yang tinggal dalam rumah
Ayah atau pasangan intim (father or intimate partnert) berkontribusi pada proses pencapaian peran ibu yang pada pelaksanaannya tidak bisa digantikan oleh orang lain. Interaksi ayah membantu mengurangi tekanan dan memfasilitasi pencapaian peran ibu.
Stress terbentuk dari persepsi positif atau negatif tentang hidup dan lingkungan.
Dukungan sosial (social support) adalah sejumlah bantuan yang diterima, puas dengan bantuan tersebut dan orang-orang disekitarnya selalu siap untuk membantu. Terdapat empat area dukungan sosial yang mencakup dukungan emosional, informasi, fisik dan penilaian.
Hubungan ibu-ayah (mother-father relationship) adalah persepsi tentang hubungan pasangan yang mencakup nilai, tujuaan antara kedun dan perjanjian. Kasih sayang ibu terhadap bayinya berkembang seiring dengan lapangan emosional dari hubungan orangtuanya

D. Paradigma Keperawatan Bedasarkan Model Konseptual Ramona T. Mercer
Keperawatan
Mercer (2004) mengemukakan bahwa keperawatan adalah profesi yang dinamis dengan tiga fokus utama yaitu promosi kesehatan, mencegah kesakitan dan menyediakan layanan keperawatan bagi yang memerlukan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal serta penelitian untuk memperkaya dasar pengetahuan bagi pelayanan keperawatan. Pengkajian selanjutnya pada klien dan lingkungan, perawat mengidentifikasi tujuan klien, menyediakan layanan pada klien yang meliputi dukungan, pendidikan dan pelayanan keperawatan pada klien yang tidak mampu merawat dirinya sendiri.
Manusia
Mercer tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai konsep manusia namun mengarah pada diri dan inti diri. Mercer memandang diri sebagai bagian dari peran yang dimainkan. Wanita sebagai individu dapat berperan menjadi orang tua jika telah melalui mother-infant dyad. Inti dari manusia tersusun dari konteks budaya dan dapat mendefinisikan dan membentuk situasi. Konsep kepercayaan diri dan harga diri sebagai manusia terpisah dari interaksi dengan bayinya dan ayah dari bayinya atau orangg lain yang berarti yang saling mempengaruhi.
Kesehatan
Mercer mendefinisikan status kesehatan dari orang tua sebagai persepsi kesehatan yang mereka lalu, kesehatan saat ini, harapan tentang kesehatan, resiko terhadap penyakit, kekhawatirkan dan perhatian tentang kesehatan, orientasi pada penyakit dan penyembuhannya, status kesehatan bayi baru lahir dengan tingkat kehadiran penyakit dan status kesehatan bayi oleh orang tua pada kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan dipandang sebagai keinginan yang ditunjukkan untuk bayi. Mercer mengemukakan bahwa stress suatu proses yang memerlukan perhatian penting selama perawat persalinan dan proses kelahiran.
Lingkungan
Definisi lingkungan yang dikemukakan oleh Mercer diadaptasi dari definisi Bronfenbrenner’s tentang ekologi lingkungan dan berdasarkan teori awalnya. Mercer menjelaskan tentang perkembangan tidak dapat menjadi bagian dari lingkungan, terdapat akomodasi mutual antara perkembangan individu dan perubahan sifat dengan segera. Stress dan dukungan sosial dalam lingkungan dipengaruhi untuk mencapai peran maternal dan paternal serta perkembangan anak.

E. Pencapaian Peran Ibu : Mercer’s Original Model
Maternal Role Attainmen yang dikemukakan oleh Mercer merupakan sekumpulan siklus mikrosistem, mesosistem dan makrosistem. Model ini dikembangkan oleh Mercer sejalan pengertian yang dikemukakan Bronfenbrenner’s, yaitu :
a. Mikrosistem adalah lingkungan segera dimana peran pencapaian ibu terjadi. Komponen mikrosistem ini antara lain fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah, dukungan sosial, status ekonomi, kepercayaan keluarga dan stressor bayi baru lahir ang dipandang sebagai individu yang melekat dalam sistem keluarga. Mercer (1990) mengungkapkan bahwa keluarga dipandang sebagai sistem semi tertutup yang memelihara batasan dan pengawasan yang lebih antar perubahan sengan sistem keluarga dan sistem lainnya.

b. Mesosistem meliputi, mempengaruhi dan berinteraksi dengan individu di mikrosistem. Mesosistem mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat.
c. Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri atas sosial, politik. Lingkungan pelayanan kesehatan dan kebijakan sistem kesehatan yang berdampak pada pencapaian peran ibu.

Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 (empat) tahap penguasaan peran, yaitu :
Antisipatori : tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data sosial, psikologi, penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran, belajar untuk berperan, hubungan dengan janin dalam uterus dan mulai memainkan peran.
Formal : tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses pembelajaran dan pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi petunjuk formal, harapan konsesual yang lain dalam sistem sosial ibu.
Informal merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan ataucara khusus yang berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem sosial. Wanita membuat peran barunya dalam keberadaan kehidupannya yang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan ke depan.
Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita terhadap perannya. Perngalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya diri, kemampuan dalam menampilkan perannya dan pencapaian peran ibu.

Tahapan pencapaian peran ibu ini berkaitan dan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir tampak dari Gambar 1. Respon perkembangan bayi sebagai respon terahadap perkembagan peran ibu adalah
a. Kontak mata dengan ibu saat ibu bicara, refleks menggenggam
b. Refleks tersenyum dan tenang dalam perawatan ibu
c. Perilaku interaksi tang konsisten dengan ibu
d. Menimbulkan respon dari ibu; meningkatkan aktifitas.

G. Becoming a Mother : Model Revisi
Pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal role attainment menjadi a becoming mother. Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi dan ayah sebagai sentral interaksi yang tinggal dalam satu lingkungan.
Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi dukungan sosial, nilai dari keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stressor. Lingkungan komunitas meliputi perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah, rumah sakit, fasilitas rekreasi dan pusat kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar dipengaruhi oleh hukum yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak, termasuk ilmu tentang bayi baru lahir, kesehatan reproduksi, budaya terapan dan program perawatan kesehatan nasional.


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Hasil Pengkajian pada Bayi Baru Lahir dengan Mengggunakan Model Mercer
1. Pengkajian Ibu
a. Identitas Ibu
Nama Ibu : Ny. I
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Jl. Bintara I Rt. 016 Rw. 02. Bekasi Utara
Tanggal pengkajian : 20 November 2007
b. Antisipatori
1) Riwayat kahamilan ibu yang lalu : ibu mengatakan bahwa kehamilannya yang lalu sama dengan kehamilannya sekarang tidak ada masalah yang berarti. HPHT tanggal 3 Pebruari 2007, Taksiran Partus tangga 21 Nopember 2007. Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak kehamilan 18 minggu di RB. Rumah Sakit Ananda, Bekasi. Imunisasi TT dilakukan sebanyak dua kali di rumah sakit yang sama. Ibu mengatakan tidak ada masalah pada masa kehamilan hanya klien merasakan pusing yang hebat pada awal kehamilan yang lambat laun berkurang sampai hilang.
2) Riwayat psikologis selama hamil : ibu mengatakan bahwa kehamilannya ini sangatlah diharapkan mengingat usia anaknya yang pertama sudah menginjak 7 tahun. Ibu mengungkapkan bahwa suami dan keluarganya sangat senang dengan kehamilannya. Klien mengatakan dirinya menjadi percaya diri saat mengetahui hamil lagi karena dirinya merasa sempurna menjadi wanita.
3) Interaksi selama hamil : ibu mengatakan bahwa suami dan keluarganya sangat menjaga dan memperhatikan dirinya meskipun kehamilannya ini adalah yang kedua sehingga ibu merasa kedekatan dirinya dengan keluarga semakin erat. Selama hamil sampai usia kehamilan 8 (delapan) bulan, klien masih bekerja sehingga sering bertemu dengan teman-teman kerjanya yang biasa memberikan pengalaman kehamilan mereka.
4) Harapan selama kehamilan : Ibu mengatakan bahwa dirinya ingin kehamilannya tidak bermasalah, bayinya sehat dan nomal tidak mempermasalahkan jenis kelamin bayinya nanti.
5) Peran yang dilakukan ibu selama hamil berhubungan dengan bayinya : ibu mengatakan bahwa selama hamil klien selalu bersikap hati-hati, berusaha mengkonsumsi makanan yang bergizi dan senang mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan bayinya nanti.
c. Formal
1) Riwayat kelahiran : Ibu mengatakan bahwa anak pertamuanya lahir 7 (tujuh) tahun yang lalu dengan spontan di tempatt yang sama. Ibu mengatakan tidak ada masalah pada persalinannya yang lalu. Bayi lahir sehat dengan BB 3050 gr dan PB 50 cm. Riwayat kelahiran saat ini : pada tanggal 20 Nopember 2007, pukul 08.00 WIB, ibu mengeluarkan bercak darah pada pakaian dalamnya. Ibu minta diantar ke RS. Ananda. Hasil pemeriksaan dalam pkl. 08.45 WIB, pembukaan 1 dan pembukaan lengkap terjadi pada pukul 16.50 WIB. Ibu dipimpin meneran dan bayi lahir pk. 17.10 WIB dengan jenis kelamin perempuan. Nilai APGAR pada menit ke-1 : 7 dan pada menit ke-5 : 9. Berat badan 3600 gr, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 32 cm. Denyut jantung bayi 120 x/mnt, frekuensi respirasi 42 x/mnt, Suhu axilla 37,40C. Placenta lahir lengkap pada pukul 17.15 WIB. Tidak tampak adanya kecacatan pada tubuh bayi.
2) Fase penerimaan bayi : ibu sangat senang dengan kelahiran bayinya, hal tersebut tampak saat ibu memeluk dan menyentuh bayinya dengan tampak senyum kebahagiaan.
3) Bonding attachment : segera setelah lahir bayi diletakkan di perut ibu, bayi tampak tenang dalam dekapan ibunya. Bayi dibiarkan merangkak dan mencari puting ibunya. Perawat dan keluarga menjaga dan mengawasi di dekat ibu. Sekitar 40 menit kemudian bayi berhasil mencapai puting dan menghisap puting ibu.
4) Breast feeding/ kolostrum : Bayi sudah bisa menghisap puting ibu. Ibu mengatakan bahwa ingin sekali menyusui bayinya untuk seterusnnya namun ibu mengeluh masih lelah dan ASI baru sedikit dan khawatir produksi ASI tidak banyak seperti pada pengalaman anak pertama dulu sehingga perlu dibantu dengan susu formula.
5) Interaksi sosial selama kelahiran : ibu dapat kooperatif selama kelahiran. Hal ini dibuktikan dengan ibu mengikuti instruksi pimpinan persalinan dengan baik.
6) Peran ayah selam kelahiran : suami Ny. I tampak setia mendampingi saat proses persalinan dan memberikan dukungan.



d. Informal
1) Orang yang terlibat dalam perawatan bayi : ibu mengatakan bahwa dia akan merawat bayinya sendiri dibantu oleh suami dan orang tuanya.
2) Peran dalam perawatan bayi : ibu mengatakan akan berusaha menjaga dan merawat bayinya sebaik-baiknya dan untuk sementara akan berhenti bekerja.
3) Pengalaman dalam perawatan bayi : ibu mengatakan sudah mempunyai cukup gambaran dalam hal perawatan bayi mengingat ibu sudah memiliki pengalaman dalam merawat anak pertamanya.
4) Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang : ibu mengatakan tidak berencana untuk memiliki anak lagi tetapi jika memang nanti diberi kepercayaan untuk memiliki bayi lagi, ibu mengatakan akan lebih mampu merawat bayinya sejak kehamilan dengan pengalamannya merawat anak-anaknya terdahulu.
e. Personal
1) Pandangan ibu terhadap perannya : ibu mengatakan dirinya merasa sangat bahagia dengan dikaruniai bayi perempuan karena anak sebelumnya adalah laki-laki dan mengatakan akan merawat bayinya dengan baik dan berperan penuh sebagai ibu bagi anak-anaknya.
2) Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu : ibu mengatakan mendapatkan pengetahuan dan mendapat contoh peran ibu yang baik dari ibunya yang merawatnya dengan baik meskipun dengan jumlah anak yang banyak.
3) Percaya diri dalam menjalankan peran : ibu mengungkapkan bahwa dirinya merasa mampu mejadi ibu, karena dukungan dari suami dan orang tua yang cukup baik.
4) Pencapaian peran : selama pengamatan ibu masih tampak merawat bayinya karena masih dalam keadaan kelelahan tetapi ibu sudah memluk dan menyentuh bayinya.

2. Pengkajian pada Bayi
a. Temperamen bayi : segera setelah lahir bayi menangis kuat, saat bayi diletakkan di perut ibu bayi tampak berhenti menangis dan tenang. Selanjutnya bayi terlelap.
b. Kemampuan berespon terhadap stimulus : saat diletakkan di atas perut ibu, bayi tampak merangkak dan mencari puting ibu kemudian menghisap puting. Segera setelah lahir bayi diberi rangsangan dengan menyentuh telapak tangan bayi dengan tangan perawat bayi langsung menggenggam.
c. Penampilan umum : Berat badan 3600 gr, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 32 cm. Denyut jantung bayi 120 x/mnt, frekuensi respirasi 42 x/mnt, Suhu axilla 37,40C.
d. Karakteristik umum :
a) Usia bayi : 1 jam
b) Postur : lengan, tungkai bawah dalam keadaan fleksi
c) Integumen : warna umumnya merah muda, tidak tampak ikterik, tidak tampak adanya hiperpigmentasi, tidak ada edema, vernik kaseosa sedikit seperti keju dan tidak berbau, lanugo menipis, deskuamasi terdapat pada buku jari-jari.
d) Kepala : bentuk kepala simetris atau tidak ada kelainan bentuk fontanel anterior teraba datar, bentuk seperti berlian, fontanel posterior berbentuk segitiga dan lebih kecil dari anterior, sutura teraba dan tidak menyatu.
e) Mata : kelopak mata terbuka, kedua mata dan jarak masing-masing 1/3 jarak dari bagian luar kantus ke bagian kantus yang lain, bentuk simetris, terdapat refleks mengedip ada, kelopak mata terdapat edema ringan, tidak ada rabas, bola mata dapat bergerak bebas, ukuran pupil sama dan bereaksi terhadap cahaya.
f) Hidung : bentuk simetris berada di garis tengah, tampak tidak ada tulang hidung, terdapat sedikit mukus tetapi tidak ada lendir yang keluar.
g) Telinga : letak telinga sesuai dengan garis sepanjang kantus luar dan kantus dalam mata, pinna fleksibel, berespon terhadap suara dengan memberikan rangsang suara yang keras bayi tampak terkejut (refleks startle), lubang telinga terbuka, tidak terdapat sekret.
h) Mulut : bentuk bibir simetris, warna merah mudak, palatum lunak dan keras utuh, terdapat refleks rooting, sucking dan ekstruksi, gusi berwarna merah muda, lidah tidak menonjol.
i) Wajah : Bentuk simetris
j) Leher : Pergerakan bebas, tidak terjadi webneck.
k) Dada : bentuk bulat, puting susu menonjol, letak simetris, bunyi jantung tidak terdapat murmur dan kecepatan jantung reguler, bunyi nafas bronkial jelas, rektraksi dada tampak teratur.
l) Abdomen : bentuk bulat, terdapat tali pusat tampak satu vena dua arteri, warna putih kebiruan, sedikit tampat perdarahan dari ujung puntung tali pusat, terdengar bising usus, mekonium keluar sudah keluar. Tampak pernafasan perut reguker.
m) Genetalia : klitoris edema, labia mayora metutupi labia minora, terdapat rabas mukoid, meatus urinarius terdapat di bawah klitoris. Tampak keluar urine berwarna jernih.

n) Ektremitas
· Lengan : Sikap fleksi, ukuran lengan simetris, pergerakan bebas, jumlah jari utuh, saat diberi rangsangan bayi dapat menggenggam (refleks menggenggam). Bayi di letakkan pada daerah datar kemudian diberi rangsangan dengan hentakan di sekitar bayi. Bayi menunjukkan respon mengembangkan jari-jarinya dengan sedikit tremor dan gerakan tangan memeluk kemudian kembali ke posisi fleksi.
§ Tungkai dan kaki : panjang simetris, sikap fleksi, gerakan bebas, terdapat refleks babinski,refleks menggenggam (refleks plantar) , saat kaki bayi disentuhkan pada daerah datar kaki bayi tampak seperti akan melangkah (refleks melangkah), dan saat ditengkurapkan bayi tampak bergrak maju.
o) Punggung utuh
p) Anus : lubang anus terbuka, mekonium sudah keluar.
q) Usia kematangan bayi berdasarkan New Ballard’s Score
Kematangan fisik
· Kulit tampak mengelupas dan terdapat ruam, vena jarang (nilai 2)
· Lanugo tampak menipis (nilai 2)
· Garis telapak tangan beberapa garis di 2/3 anterior (nilai 3)
· Payudara tampak areola muncul lebih jelas dengan tonjolan 3-4 mm (nilai 3)
· Telingan tampak bentuk lebih baik, mudah membalik (nilai 2)
· Genetalia perempuan tampak labia mayora sudah menutupi labia minora (nilai 4)

Kematangan Neuromuskuler
· Sikap : kedua bahu dan kedua kaki bengkok dan menutup ke arah badan (nilai 4)
· Sudut siku : 0’ (nilai 4)
· Kelenturan lengan : < 90’ (nilai 4)
· Sudut popliteal : < 90’ (nilai 5)
· Tanda “scarf” : siku tidak melewati midline (nilai 4)
· Tumit ke telinga : lutut bengkok,tumit sampai 45’ dari bidang datar (nilai 4)
Jumlah Skor = 41, usia gestasi bayi adalah 40 minggu

e. Responsiverness
b) Kontak mata : belum tampak jelas adanya kontak mata antara ibu dengan bayinya.
c) Refleks genggam sudah tampak saat bayi diberi rangsangan sentuhan pada telapak tangan dan di bawah jari kaki.
d) Tersenyum : bayi belum tampak tersenyum
e) Perubahan interaksi konsistensi bayi : belum tampak adanya perubahan interaksi yang konsisten dari ibu dan bayinya, tetapi ibu sudah berupaya untuk memeluk dan menyentuh bayinya dan ibu belum mencoba secara aktif untuk menyusui.
f) Rangsangan yang dapat meningkatkan pergerakkan : bayi sudah dapat bekah dan respon terhadap rangsangan terhadap refleks startle, refleks moro, refleks babinski, refleks melangkah, refleks mengisap dan refleks merangkak.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada awalnya model konseptual Mercer lebih lebih ditujukan pada pengkajian ibu post partum karena model ini berfokus pada proses pencapaian peran ibu dan bagaimana menjadi seorang ibu. Namun jika meninjau konsep model yang dikemukakan oleh Mercer ini bayi adalah bagian yang sangat penting dapam proses pencapaian peran tersebut, dimana interaksi bayi dengan ibu yang terjalin utuh dan sistematis akan mempererat kasih sayang antara keduanya.

Penerapan konsep model Mercer dalam praktek keperawatan maternitas dikenal sebagai bonding attachment. Bonding attachment adalah interaksi antara orang tua dengan bayinya yang dimulai sejak dalam kandungan, dilanjutkan saat proses persalinan serta dipertahankan selama dan setelah proses post partum. Pengertian bonding sendiri adalah dimulainya interaksi emosi, fisik dan sensoris antara orang tua dan bayinya segera setelah lahir ditampilkan melalui daya tarik satu araj oleh orang tua tehadap bayinya. Sedangkan attachment adalah ikatan perasaan kasih sayang antara oarang tua dengan bayinya meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi, fisik yang kuat berupa hubungan timbal balikyang saling menguntungkan melalui sinyal antara pemberi asuhan utama dan bayi yang berkembang secara berangsur-angsur. (Matterson, 2001).

Pengkajian terhadap bonding dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap perilaku orang tua dengan mengenali bayinya, memberi nama dan mengakui adanya bayi sebagai anggota keluarga. Attachment meliputi pengkajian verbal dan non verbal ibu dan keluarga saat berinteraksi dengan bayinya, meliputi respon orang tua saat bayi menangis, apakah orang tau menunda pekerjaan atau kebutuhan dan berjalan mendekat, menerima tanggung jawab mengasuh bayinya dan melaksanakan perawatan pada bayi, merubah panggilan orang tua dengan panggilan yang diharapkan anak. (Mercer, 1995). Perilaku orang tua yang menunjukkan adanya bonding attachment adalah adanya sentuhan fisik dengan menyusui, sentuhan kulit, adanya kontak mata saat menyusui dan saat bayi terbangun, berbicara serta memeriksa tubuh bayi. Peran ayah yang aktif dalam proses persalinan maupun perawat bayi akan menunjukkan keterikatan yang lebih kuat dari pada ayah yang tidak terlibat dalam proses persalinan dan perawatan bayi (Reeder, 1997). Hal-hal tersebut sejalan dengan bagaimana Mercer menggambarkan bagaimana pencapaian peran menjadi ibu.

Mercer menegaskan pada teorinya bahwa proses pencapaian peran ibu yang dilalui dengan empat fase akan selalu berhubungan dengan respon bayi. Pada fase anticipatory yang dimulai sejak kehamilan, bayi juga dilibatkan untuk berinteraksi, lalu fase kedua yang dimulai saat kelahiran bayi yang juga memerlukan peran perawat dalam melakukan pengkajian fisik secara umum, model Mercer ini juga mendukung dengan pengkajian yang lebih difokuskan pada psikososial. Pada fase ketiga informal, peran ibu dalam proses interaksi dengan bayinya menjadikan ibu lebih matang di dalam menjalankan perannya. Fase keempat personal, ibu telah menginternalisasi perannya sehingga ibu mulai merasa percaya diri,merasa mampu dalam menjalankan tugasnya.

Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu yang meliputi : temperamen, kemampuan memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum, responsiveness dan kesehatan umum.Mercer juga mengembangkan teorinya pada bayi baru lahir yang lebih spesifik dengan mengkaji kontak mata antara bayi dengan ibunya sebagai isyarat pembicaraan,adanya refleks menggenggam, refleks tersenyum dan tingkah laku yang tenang sebagai respon terhadap perawatan yang dilakukan ibu. Konsistensi tingkah laku interaksi dengan ibu dan respon yang datang dari ibu akan meningkatkan pergerakan. Sejalan dengan asumsi Mercer ini, May (1990) membedakan perilaku bayi khususnya temperamen bayi ke dalam 2 (dua) ketegori :
1. Tipe ”easy infant” dimana bayi menunjukkan fungsi tubuh yang teratur, perasaan yang positif dan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan.
2. Tipe ”difficult infant” dimana bayi menunjukkan irama tubuh yang tidak beraturan serta berespon lambat terhadap rangsangan atau situasi yang baru.

Proses pencapaian identitas peran ibu ini menurut model konseptual Mercer dapat memakan waktu sebulan atau beberapa bulan. (Mercer, 1995). Sedangkan masa bayi baru lahir atau neonatus berlangsung selama 40 hari bahkan di klinik bersalin atau rumah sakit pengaplikasian pada bayi baru kurang dari 24 jam. Perawatan bayi selanjutkan menjadi tanggung jawab perarwat yang ada di komunitas dan perawat anak.

Meighan (2001), mengemukakan bahwa teori Mercer sangat relevan digunakan pada berbagai setting praktek keperawatan maternitas dan anak. Hal ini didasarkan pada hasil penelitiannya yang selalu dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan. Penerapan konsep Mercer ini lebih banyak terfokus pada kondisi psikologis dan fisik sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia tidak terkaji. Oleh karena itu agar dapat menggali data yang komprehensif konsep model Mercer ini harus dikombinasi dengan teori lain yang mencakup kebutuhan dasar manusia.

Pada kasus pengkajian Ny.I belum didapatkan hasil bahwa proses pencapaian peran ibu sudah hampir dicapai oleh ibu hanya ibu belum mampu memberikan ASI secara mandiri segera karena kondisi ibu yang kelelahan yang disebabkan proses persalinan. Namun sifat dan perilaku ibu seperti empati, sensitive terhadap isyarat bayi, kematangan sikap, riwayat kehamilan yang normal, dimana menurut teori sikap itu dapat mempengaruhi bayinya, sehingga hal tersebut dapat menjadi berpotensi untuk penyebab keadaan bayi yang baik dan sejahtera.

Pada proses persalinan bayi Ny. I dilakukan tehnik inisiasi dini. Hal ini ditujukan untuk memfasilitasi bonding attachment dengan segera. Segera setelah lahir, bayi lansung dileletakkan diatas abdomen. Selama di atas perut ibu, bayi tampak tenang kemudian beberapa saat kemudian bayi merangkak mencari-cari puting dan menghisap puting saat mencapainya. Proses inisisai dini ini merupakan proses awal ikatan batin yang kuat antara ibu dengan bayinya.

Peran ayah yang terlibat dalam proses persalinan dan perawatan bayi akan meningkatkan pencapaian ikatan kasih sayang secara utuh. Selain itu kondisi ibu dan bayi yang sehat dan sangat diharapkan oleh ibu akan mempercepat pencapaian peran menjadi ibu. Hal ini sangat menguntungkan mengingat dampak pelaksanaan bonding attachment pada bayi adalah bayi akan merasa dihargai, diperhatikan, menumbuhkan sikap percaya, aman, berani bereksplorasi, bertambah pengetian, menumbuhkan sikap social dan merupakan fase awal tersiptanya dasar kepribsian yang positif. (Klaus, 1990).

Teori Mercer sangat aplikatif jika ditujukan untuk mengkaji kondisi yang berkaitan dengan pencapaian peran namun teori ini belum aplikatif dalam menggali data yang berhubungan dengan kebutuhan dasar terutama pemenuhan kebutuhan fisik. Oleh karena itu penerapan konsep Mercer perlu dimodifikasi dengan teori lain untuk melengkapi kekurangannya.
BAB IV
KESIMPULAN

Teori Mercer menjadi panduan bagi perawat dalam membantu pencapaian peran ibu. dimana pada teori ini mengemukakan bagaimana proses pencapaian peran ibu dan proses akan menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya.Model ini juga menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada klien dan lingkungannya,mengidentifikasi tujuan klien memberikan bantuan terhadap klien dengan pendidikan dan dukungan serta memfasilitasi interaksi antara ibu dan bayi sedini mungkin.

Meighan (2001), mengemukakan bahwa teori Mercer sangat relevan digunakan pada berbagai setting praktek keperawatan maternitas dan anak. Hal ini didasarkan pada hasil penelitiannya yang selalu dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan. Penerapan konsep Mercer ini lebih banyak terfokus pada kondisi psikologis dan fisik sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia tidak terkaji. Model konseptual Mercer relevan diterapkan pada kasus ibu post partum, namun kesenjangan teori ini pada pengkajian ibu post partum adalah, bahwa teori ini masih perlu digabung dengan aplikasi teori lain seperti teori ”Self Care” Dorothea Orem atau teori ”Adaptasi” Callista Roy agar dapat mencakup pengkajian fisik ibu post partum dan kemandirian ibu post partum dalam menjalani adaptasi sebagai ibu.




Daftar Pustaka

Marriner-Tomey & Alligood (2006). Nursing theorists and their works. 6th Ed.St.Louis:
Mosby Elsevier, Inc
Reed, P.G, Shearer, N.C., & Nicoll, L. H. (2004). Perspectives on nursing theory. 4th Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.



















Vaginal bleeding after childbirth

Vaginal bleeding after childbirth

Vaginal bleeding in excess of 500 mL after childbirth is defined as postpartum haemorrhage (PPH). There are, however, some problems with this definition:
Estimates of blood loss are notoriously low, often half the actual loss. Blood is mixed with amniotic fluid and sometimes with urine. It is dispersed on sponges, towels and linens, in buckets and on the floor.
The importance of a given volume of blood loss varies with the woman’s haemoglobin level. A woman with a normal haemoglobin level will tolerate blood loss that would be fatal for an anaemic woman.
Even healthy, non-anaemic women can have catastrophic blood loss.
Bleeding may occur at a slow rate over several hours and the condition may not be recognized until the woman suddenly enters shock.
Risk assessment in the antenatal period does not effectively predict those women who will have PPH. Active management of the third stage should be practiced on all women in labour since it reduces the incidence of PPH due to uterine atony . All postpartum women must be closely monitored to determine those that have PPH.
PROBLEMS
Increased vaginal bleeding within the first 24 hours after childbirth (immediate PPH).
Increased vaginal bleeding following the first 24 hours after childbirth (delayed PPH).
Continuous slow bleeding or sudden bleeding is an emergency; intervene early and aggressively.
GENERAL MANAGEMENT
SHOUT FOR HELP. Urgently mobilize all available personnel.
Make a rapid evaluation of the general condition of the woman including vital signs (pulse, blood pressure, respiration, temperature).
If shock is suspected, immediately begin treatment. Even if signs of shock are not present, keep shock in mind as you evaluate the woman further because her status may worsen rapidly. If shock develops, it is important to begin treatment immediately.
Massage the uterus to expel blood and blood clots. Blood clots trapped in the uterus will inhibit effective uterine contractions.
Give oxytocin 10 units IM.
Start an IV infusion and infuse IV fluids.
Catheterize the bladder.
Check to see if the placenta has been expelled and examine the placenta to be certain it is complete (Table S-7).
Examine the cervix, vagina and perineum for tears.
After bleeding is controlled (24 hours after bleeding stops), determine haemoglobin or haematocrit to check for anaemia:
- If haemoglobin is below 7 g/dL or haematocrit is below 20% (severe anaemia):
- Give ferrous sulfate or ferrous fumerate 120 mg by mouth PLUS folic acid 400 mcg by mouth once daily for 3 months;
- After 3 months, continue supplementation with ferrous sulfate or ferrous fumerate 60 mg by mouth PLUS folic acid 400 mcg by mouth once daily for 6 months.
- If haemoglobin is between 7–11 g/dL, give ferrous sulfate or ferrous fumerate 60 mg by mouth PLUS folic acid 400 mcg by mouth once daily for 6 months;
- Where hookworm is endemic (prevalence of 20% or more), give one of the following anthelmintic treatments:
- albendazole 400 mg by mouth once;
- OR mebendazole 500 mg by mouth once or 100 mg two times per day for 3 days;
- OR levamisole 2.5 mg/kg body weight by mouth once daily for 3 days;
- OR pyrantel 10 mg/kg body weight by mouth once daily for 3 days.
- If hookworm is highly endemic (prevalence of 50% or more), repeat the anthelmintic treatment 12 weeks after the first dose.
DIAGNOSIS
TABLE S-7
Diagnosis of vaginal bleeding after childbirth
Presenting Symptom and Other Symptoms and Signs Typically Present
Symptoms and Signs Sometimes Present
Probable Diagnosis
• Immediate PPHa
• Uterus soft and not contracted
• Shock

Atonic uterus


• Immediate PPHa

• Complete placenta
• Uterus contracted

Tears of cervix, vagina or perineum


• Placenta not delivered within 30 minutes after delivery
• Immediate PPHa
• Uterus contracted

Retained placenta

• Portion of maternal surface of placenta missing or torn membranes with vessels
• Immediate PPHa
• Uterus contracted

Retained placental fragments


• Uterine fundus not felt on abdominal palpation
• Slight or intense pain
• Inverted uterus apparent at vulva
• Immediate PPHb

Inverted uterus

• Bleeding occurs more than 24 hours after delivery
• Uterus softer and larger than expected for elapsed time since delivery
• Bleeding is variable (light or heavy, continuous or irregular) and foul-smelling
• Anaemia

Delayed PPH

• Immediate PPHa (bleeding is intra-abdominal and/or vaginal)
• Severe abdominal pain (may decrease after rupture)
• Shock
• Tender abdomen
• Rapid maternal pulse

Ruptured uterus

a Bleeding may be light if a clot blocks the cervix or if the woman is lying on her back.
b There may be no bleeding with complete inversion.
MANAGEMENT
ATONIC UTERUS
An atonic uterus fails to contract after delivery.
Continue to massage the uterus.
Use oxytocic drugs which can be given together or sequentially (Table S-8).
TABLE S-8
Use of oxytocic drugs

Oxytocin
Ergometrine/ Methyl-ergometrine
15-methyl Prostaglandin F2α
Dose and route
IV: Infuse 20 units in 1 L IV fluids at 60 drops per minute
IM: 10 units
IM or IV (slowly): 0.2 mg
IM: 0.25 mg
Continuing dose
IV: Infuse 20 units in 1 L IV fluids at 40 drops per minute
Repeat 0.2 mg IM after 15 minutes
If required, give 0.2 mg IM or IV (slowly) every 4 hours
0.25 mg every 15 minutes
Maximum dose
Not more than 3 L of IV fluids containing oxytocin
5 doses (Total 1.0 mg)
8 doses (Total 2 mg)
Precautions/Contrain-dications
Do not give as an IV bolus
Pre-eclampsia, hypertension, heart disease
Asthma
Prostaglandins should not be given intravenously. They may be fatal.
Anticipate the need for blood early, and transfuse as necessary.
If bleeding continues:
- Check placenta again for completeness;
- If there are signs of retained placental fragments (absence of a portion of maternal surface or torn membranes with vessels), remove remaining placental tissue;
- Assess clotting status using a bedside clotting test. Failure of a clot to form after 7 minutes or a soft clot that breaks down easily suggests coagulopathy.
If bleeding continues in spite of management above:
- Perform bimanual compression of the uterus (Fig S-4):
- Wearing high-level disinfected gloves, insert a hand into the vagina and form a fist;
- Place the fist into the anterior fornix and apply pressure against the anterior wall of the uterus;
- With the other hand, press deeply into the abdomen behind the uterus, applying pressure against the posterior wall of the uterus;
- Maintain compression until bleeding is controlled and the uterus contracts.
Figure S-4
Bimanual compression of the uterus

- Alternatively, compress the aorta (Fig S-5):
- Apply downward pressure with a closed fist over the abdominal aorta directly through the abdominal wall:
- The point of compression is just above the umbilicus and slightly to the left;
- Aortic pulsations can be felt easily through the anterior abdominal wall in the immediate postpartum period.
- With the other hand, palpate the femoral pulse to check the adequacy of compression:
- If the pulse is palpable during compression, the pressure exerted by the fist is inadequate;
- If the femoral pulse is not palpable, the pressure exerted is adequate;
- Maintain compression until bleeding is controlled.
Figure S-5
Compression of abdominal aorta and palpation of femoral pulse

Packing the uterus is ineffective and wastes precious time.
If bleeding continues in spite of compression:
- Perform uterine and utero-ovarian artery ligation;
- If life-threatening bleeding continues after ligation, perform subtotal hysterectomy.
TEARS OF CERVIX, VAGINA OR PERINEUM
Tears of the birth canal are the second most frequent cause of PPH. Tears may coexist with atonic uterus. Postpartum bleeding with a contracted uterus is usually due to a cervical or vaginal tear.
Examine the woman carefully and repair tears to the cervix or vagina and perineum.
If bleeding continues, assess clotting status using a bedside clotting test. Failure of a clot to form after 7 minutes or a soft clot that breaks down easily suggestscoagulopathy.
RETAINED PLACENTA
There may be no bleeding with retained placenta.
If you can see the placenta, ask the woman to push it out. If you can feel the placenta in the vagina, remove it.
Ensure that the bladder is empty. Catheterize the bladder, if necessary.
If the placenta is not expelled, give oxytocin 10 units IM if not already done for active management of the third stage.
Do not give ergometrine because it causes tonic uterine contraction, which may delay expulsion.
If the placenta is undelivered after 30 minutes of oxytocin stimulation and the uterus is contracted, attempt controlled cord traction.
Note: Avoid forceful cord traction and fundal pressure as they may cause uterine inversion.
If controlled cord traction is unsuccessful, attempt manual removal of placenta.
Note: Very adherent tissue may be placenta accreta. Efforts to extract a placenta that does not separate easily may result in heavy bleeding or uterine perforation which usually requires hysterectomy.
If bleeding continues, assess clotting status using a bedside clotting test. Failure of a clot to form after 7 minutes or a soft clot that breaks down easily suggests coagulopathy.
If there are signs of infection (fever, foul-smelling vaginal discharge), give antibiotics as for metritis.
RETAINED PLACENTAL FRAGMENTS
There may be no bleeding with retained placental fragments.
When a portion of the placenta—one or more lobes—is retained, it prevents the uterus from contracting effectively.
Feel inside the uterus for placental fragments. Manual exploration of the uterus is similar to the technique described for removal of the retained placenta.
Remove placental fragments by hand, ovum forceps or large curette.
Note: Very adherent tissue may be placenta accreta. Efforts to extract fragments that do not separate easily may result in heavy bleeding or uterine perforation which usually requires hysterectomy.
If bleeding continues, assess clotting status using a bedside clotting test. Failure of a clot to form after 7 minutes or a soft clot that breaks down easily suggests coagulopathy.
INVERTED UTERUS
The uterus is said to be inverted if it turns inside-out during delivery of the placenta. Repositioning the uterus should be performed immediately. With the passage of time the constricting ring around the inverted uterus becomes more rigid and the uterus more engorged with blood.
If the woman is in severe pain, give pethidine 1 mg/kg body weight (but not more than 100 mg) IM or IV slowly or give morphine 0.1 mg/kg body weight IM.
Note: Do not give oxytocic drugs until the inversion is corrected.
If bleeding continues, assess clotting status using a bedside clotting test. Failure of a clot to form after 7 minutes or a soft clot that breaks down easily suggests coagulopathy.
Give a single dose of prophylactic antibiotics after correcting the inverted uterus:
- ampicillin 2 g IV PLUS metronidazole 500 mg IV;
- OR cefazolin 1 g IV PLUS metronidazole 500 mg IV.
If there are signs of infection (fever, foul-smelling vaginal discharge), give antibiotics as for metritis.
If necrosis is suspected, perform vaginal hysterectomy. This may require referral to a tertiary care centre.
DELAYED (“SECONDARY”) POSTPARTUM HAEMORRHAGE
If anaemia is severe (haemoglobin less than 7 g/dL or haematocrit less than 20%), arrange for a transfusion and provide oral iron and folic acid.
If there are signs of infection (fever, foul-smelling vaginal discharge), give antibiotics as for metritis.
Prolonged or delayed PPH may be a sign of metritis.
Give oxytocic drugs (Table S-8).
If the cervix is dilated, explore by hand to remove large clots and placental fragments. Manual exploration of the uterus is similar to the technique described for removal of the retained placenta.
If the cervix is not dilated, evacuate the uterus to remove placental fragments.
Rarely, if bleeding continues, consider uterine and utero-ovarian artery ligation or hysterectomy.
Perform histologic examination of curettings or hysterectomy specimen, if possible, to rule out trophoblastic tumour.
Top of page
Abdominal in early pregnancy

PROBLEM
The woman is experiencing abdominal pain in the first 22 weeks of pregnancy. Abdominal pain may be the first presentation in serious complications such as abortion or ectopic pregnancy.
GENERAL MANAGEMENT
Make a rapid evaluation of the general condition of the woman including vital signs (pulse, blood pressure, respiration, temperature).
If shock is suspected,
immediately begin treatment. Even if signs of shock are not present, keep shock in mind as you evaluate the woman further because her status may worsen rapidly. If shock develops, it is important to begin treatment immediately.
Note: Appendicitis should be suspected in any woman having abdominal pain. Appendicitis can be confused with other more common problems in pregnancy which cause abdominal pain (e.g. ectopic pregnancy, abruptio placentae, twisted ovarian cysts, pyelonephritis).


DIAGNOSIS
Table S-15
Diagnosis of abdominal pain in early pregnancy
Presenting Symptom and Other Symptoms and Signs TypicallyPresent
Symptoms and Signs Sometimes Present
Probable Diagnosis
• Abdominal pain
• Adnexal mass on vaginal examination
• Palpable, tender discrete mass in lower abdomen
• Lightb vaginal bleeding

Ovarian cyst
aaa
• Lower abdominal pain
• Low-grade fever
• Rebound tenderness
• Abdominal distension
• Anorexia
• Nausea/vomiting
• Paralytic ileus
sed white blood cells
• No mass in lower abdomen
• Site of pain higher than expected

Appendicitis

• Dysuria
• Increased frequency and urgency of urination
• Abdominal pain
• Retropubic/suprapubic pain

Cystitis

• Dysuria
• Spiking fever/chills
• Increased frequency and urgency of urination
• Abdominal pain
• Retropubic/suprapubic pain
• Loin pain/tenderness
• Tenderness in rib cage
• Anorexia
• Nausea/vomiting
Acute pyelonephritis
• Low-grade fever/chills
• Lower abdominal pain
• Absent bowel sounds
• Rebound tenderness
• Abdominal distension
• Anorexia
• Nausea/vomiting
• Shock

Peritonitis

• Abdominal pain
• Light bleeding
• Closed cervix
• Uterus slightly larger than normal
• Uterus softer than normal
• Fainting
• Tender adnexal mass
• Amenorrhoea
• Cervical motion tenderness

Ectopic
pregnancy

a Ovarian cysts may be asymptomatic and are sometimes first detected on physical examination.
b Light bleeding: takes longer than 5 minutes for a clean pad or cloth to be soaked.
MANAGEMENT
OVARIAN CYSTS
Ovarian cysts in pregnancy may cause abdominal pain due to torsion or rupture. Ovarian cysts most commonly undergo torsion and rupture during the first trimester.
If the woman is in severe pain, suspect torsion or rupture. Perform immediate laparotomy.
Note: If findings at laparotomy are suggestive of malignancy (solid areas in the tumour, growth extending outside the cyst wall), the specimen should be sent for immediate histological examination and the woman should be referred to a tertiary care centre for evaluation and management.
If the cyst is more than 10 cm and is asymptomatic:
- If it is detected during the first trimester, observe for growth or complications;
- If it is detected during the second trimester, remove by laparotomy to prevent complications.
If the cyst is between 5–10 cm, follow up. Laparotomy may be required if the cyst increases in size or fails to regress.
If the cyst is less than 5 cm, it will usually regress on its own and does not require treatment.
APPENDICITIS
Give a combination of antibiotics before surgery and continue until the woman is postoperative and fever-free for 48 hours:
- ampicillin 2 g IV every 6 hours;
- PLUS gentamicin 5 mg/kg body weight IV every 24 hours;
- PLUS metronidazole 500 mg IV every 8 hours.
Perform an immediate surgical exploration (regardless of stage of gestation) and perform appendectomy, if required.
Note: Delaying diagnosis and treatment can result in rupture of the appendix which may lead to generalized peritonitis.
If there are signs of peritonitis (fever, rebound tenderness, abdominal pain),
give antibiotics as for peritonitis.
Note: The presence of peritonitis increases the likelihood of abortion or preterm labour.
If the woman is in severe pain, give pethidine 1 mg/kg body weight (but not more than 100 mg) IM or IV slowly or give morphine 0.1 mg/kg body weight IM.
Tocolytic drugs may be needed to prevent preterm labour (
Table S-17).